Contoh Tugas Pendalaman Materi PPG Daljab Madrasah
Konsep Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa Arab (KB 1)
Butir Refleksi meliputi:
1. Peta Konsep (Beberapa istilah dan definisi) di modul bidang studi
2. Daftar materi bidang studi yang sulit dipahami pada modul
3. Daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran
NO |
BUTIR REFLEKSI |
RESPON/JAWABAN |
1 |
Peta Konsep (Beberapa
istilah dan definisi) di modul bidang studi |
1. Konsep Pemerolehan Bahasa Arab Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah
proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan
menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Kapasitas ini melibatkan
berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik, dan kosakata yang luas. Bahasa
yang diperoleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau manual
seperti pada bahasa isyarat. Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada
pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu
mereka dan bukan pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa
tambahan oleh anak-anak atau orang dewasa. 2. Teori-teori Pemerolehan Bahasa Teori behavioristik
mengatakan bahwa pemerolehan bahasa melalui perilaku verbal, yaitu dengan
merespon stimulus dan akhirnya menimbulkan bahasa. Teori nativis mengatakan
bahwa pemerolehan bahasa dengan kapasitas genetik yang mempengaruhi kemampuan
dalam memahami bahasa di sekitar kita, dan menghasilkan sebuah konstruksi sistem
bahasa yang tertanam dalam diri. Menurut aliran Nativisme, bahasa adalah
sesuatu yang kompleks dan rumit sehingga mustahil dapat dikuasai dalam waktu
yang singkat melalui “peniruan”.Nativisme juga percaya bahwa setiap manusia
yang lahir sudah dibekali dengan suatu alat untuk memperoleh bahasa language
acquisition device, disingkat (LAD). Mengenai bahasa apa yang akan diperoleh
anak bergantung pada bahasa yang digunakan oleh masyarakat sekitar. Sebagai
contoh, seorang anak yang dibesarkan di lingkungan Amerika sudah pasti bahasa
Inggris menjadi bahasa pertamanya. Dalam Alquran, proses pemerolehan bahasa
melalui ujaran dan stimulus dari luar kemudian disambut oleh potensi yang
dimiliki dan dibantu dengan piranti yang ada. Manusia mencerna pesan yang
sampai dan mengolahnya dengan proses berpikir dan memori yang dimiliki lalu
diteruskan dengan memahaminya dan pada akhirnya tercipta bahasa „baru‟. Teori Kognitivisme, bahasa bukanlah suatu ciri alamiah
yang terpisah, melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal
dari kematangan kognitif.Bahasa distrukturi oleh nalar. Perkembangan bahasa
harus berlandaskan pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam
kognisi. Jadi, urutan-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan
perkembangan bahasa. Menurut teori kognitivisme, yang paling utama harus
dicapai adalah perkembangan kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam
bentuk keterampilan berbahasa.Dari lahir sampai 18 bulan, bahasa dianggap
belum ada.Anak hanya memahami dunia melalui indranya.Anak hanya mengenal
benda yang dilihat secara langsung. Pada akhir usia satu tahun, anak sudah
dapat mengerti bahwa benda memiliki sifat permanen sehingga anak mulai
menggunakan simbol untuk mempresentasikan benda yang tidak hadir
dihadapannya. Simbol ini kemudian berkembang menjadi kata-kata awal yang
diucapkan anak. Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan
bahasa merupakan hasil interaksi antara kemampuan mental pembelajaran dan
lingkungan bahasa. Pemerolehan bahasa itu berhubungan dengan adanya interaksi
antara masukan “input” dan kemampuan internal yang dimiliki pembelajar.
Setiap anak sudah memiliki LAD sejak lahir.Namun, tanpa ada masukan yang
sesuai tidak mungkin anak dapat menguasai bahasa tertentu secara otomatis. 3. Tahap-Tahap atau Proses Pemerolehan Bahasa
Pertama Anak 1.
Tahap Pralinguistik (Masa Meraba) Pada tahap ini, bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan anak
belumlah bermakna. Bunyi-bunyi itu memang menyerupai vokal atau konsonan
tertentu. Tetapi, secara keseluruhan bunyi tersebut tidak mengacu pada kata
dan tertentu. Fase ini berlangsung sejak anak lahir sampai berumur 12 bulan. a. Pada umur 0-2 bulan, anak hanya mengeluarkan bunyi-bunyi
refleksif untuk menyatakan rasa lapar, sakit, atau ketidaknyamanan. Sekalipun
bunyi-bunyi itu tidak bermakna secara bahasa, tetapi bunyi-bunyi itu merupakan
bahan untuk tuturan selanjutnya. b. Pada umur 2-5 bulan, anak mulai mengeluarkan
bunyi-bunyi vokal yang bercampur dengan bunyi-bunyi mirip konsonan. Bunyi ini
biasanya muncul sebagai respon terhadap senyum atau ucapan ibunya atau orang
lain. c. Pada umur 4-7 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi
agak utuh dengan durasi yang lebih lama. Bunyi mirip konsonan atau mirip vokalnya
lebih bervariasi. d. Pada umur 6-12 bulan, anak mulai berceloteh.
Celotehannya merupakan pengulangan konsonan dan vokal yang sama seperti/ba ba
ba/, ma ma ma/, da da da/. 2.
Tahap satu – kata Fase ini berlangsung ketika anak berusia 12-18 bulan.
Pada masa ini, anak menggunakan satu kata yang memiliki arti yang mewakili keseluruhan
idenya. Tegasnya, satu – kata mewakili satu atau bahkan lebih frase atau
kalimat. Oleh karena itu, frase ini disebut juga tahap holofrasis. 3.
Tahap dua – kata Fase ini berlangsung sewaktu anak berusia sekitar 18-24
bulan. Pada masa ini, kosakata dan gramatika anak berkembang dengan cepat. Anak-anak
mulai menggunakan dua kata dalam berbicara. Tuturannya mulai bersifat
telegrafik. Artinya, apa yang dituturkan anak hanyalah kata-kata yang penting
saja, seperti kata benda, kata sifat, dan kata kerja. Kata-kata yang tidak
penting, seperti halnya kalau kita menulis telegram, dihilangkan. 4.
Tahap banyak – kata Fase ini berlangsung ketika anak berusia 3-5 tahun atau
bahkan sampai mulai bersekolah. Pada usia 3-4 tahun, tuturan anak mulai lebih
panjang dan tata bahasanya lebih teratur. Dia tidak lagi menggunakan hanya
dua kata, tetapi tiga kata atau lebih. Pada umur 5-6 tahun, bahasa anak telah
menyerupai bahasa orang dewasa. 4. Konsep Pembelajaran Bahasa Arab Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang
keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait-mengait. Jika guru
mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana
pendukung yang berbeda, mengubah jadwal pelajaran, dan hal-hal lain yang
terkait dengan cara baru yang diusulkan tersebut. Ada beberapa istilah
terkait dengan pembelajaran yakni belajar, mengajar, membelajarakan, melatih
dan mendidik. Ketiga istilah pertama berkaitan dengan aspek kognitif. Sementara melatih berkaitan dengan keterampilan dan
mendidik lebih ke arah sikap. Belajar dilakukan oleh peserta didik baik
dengan atau tidak dengan bantuan guru. Sementara mengajar adalah kegiatan
belajar mengajar akan tetapi fungsi guru lebih aktif dibanding dengan siswa.
Kebalikannya pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar yang
memosisikan guru sebagai fasilitator sementara siswa lah yang aktif. Pembelajaran termasuk pembelajaran bahasa Arab harus
dilaksanakan secara sadar oleh guru dan siswa dilakukan dengan proses lebih
formal. Namun siswa harus lebih aktif. Oleh karena merupakan sistem maka
pembelajaran merupakan satu kesatuan antar komponen pembelajaran, guru dan
siswa. Komponen yang dimaksud adalah tujuan, materi, strategi dan metode,
media dan penilaian pembelajaran. Berbicara masalah dasar pembelajaran bahasa arab, di
mana mempelajari bahasa arab merupakan sutau kewajiban bagi setiap pribadi
muslim. hal yang mewajibkannya adalah, karena untuk memahami dan mengetahui
seluk beluk Al-Quran seseorang harus mengetahui bahasa arab secara mendetil
dan mendalam. Tanpa mengusai bahasa arab beserta kaidah-kaidah yang ada di
dalamnya seseorang tidak mungkin dapat mengetahui dan memahami maksud dan
penafsiran ayat-ayat suci Al-Quran secara baik dan benar. Dapat
dipahami bahwa dasar mempelajari bahasa arab merupakan suatu kewajiban atas
setiap muslim, karena bahasa arab merupakan bahasa Al-Quran dan Hadits.
Sedangkan dalam hal mempelajarinya seorang guru harus menggunakan metode yang
tepat dan materi yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik itu sendiri. 5. Tujuan Pembelajaran bahasa Arab Tujuan pembelajaran bahasa Arab di sini adalah dapat
membentuk siswa trampil mendengar, berbicara dengan topik-topik yang
komunikatif, kontekstual, trampil membaca dan menulis bahasa Arab yaitu
membaca teks topik-topik tentang sosial keagamaan serta menulis yang
melambangkan huruf/kata-kata bahasa Arab dengan baik dan benar. Sesuai dengan tujuan di atas, pendekatan pembelajaran
yang efektif mencakup empat pendekatan
yaitu: 1. Pendekatan
humanistik adalah pembelajaran bahasa Arab memerlukan keaktifan siswanya
bukan pengajar. Siswalah yang aktif belajar bahasa dan pengajar berfungsi
sebagai motivator, dinamisator, administrator, evaluator dan sebagainya.
Pengajar haru memanfaatkan semua potensi yang dimiliki siswa 2. Pendekatan
komunikatif melihat bahwa fungsi utama bahasa adalah komunikasi, namun hal
ini berarti materi ajar bahasa Arab harus materi yang praktis dan pragmatis
yaitu materi ajar yang terpakai dan dapat dikomunikasikan oleh siswa secara
lisan maupun tulisan. Materi ajar yang tidak komunikatif akan kurang efektif
dan membuang waktu saja. 3. pendekatan kontekstual melihat bahasa sebagai suatu
makna yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Di sini rancangan materi ajar harus
berdasarkan kebutuhan lembaga. 4. pendekatan struktural melihat bahwa pembelajaran
bahasa sebagai hal yang formal. Oleh sebab itu, struktur bahasa harus
mendapat perhatian dalam merancang materi saja. Namun struktur harus
fungsional agar komunikatif dan praktis. 6. Metode pembelajaran Bahasa Arab Metode merupakan rencana program yang bersifat
menyeluruh (holistik-komprehensif) yang berhubungan erat dengan teknik
penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan dan
didasarkan atas pendekatan tertentu. Kalau pendekatan lebih bersifat
aksiomatis, metode justru bersifat prosedural. Karena itu, bila seorang pengajar bahasa menganut pada pendekatan, ia dapat melahirkan
bermacam-macam metode yang berbeda-beda. Beraneka macam metode tersebut
bergantung pada berbagai faktor yang turut serta mempengaruhinya. Beberapa metode pembelajaran bahasa Arab menurut buku
yang di tulis oleh dengan Teori Unit yang populer adalah sebagai berikut
dalam buku Dr. Dedih Wahyudin, M.Ag. : a) Metode Qawâ’id (Grammar Method) b) MetodeTarjamah (Translation Method) c) Metode Qawâ’id dan Tarjamah (Grammar and
Translation Method) d) Metode Langsung (Direct Method) e) Metode Psikologis (Psychological Method) f) Metode Ponetik (Phonetic Method) g) Metode Alamiyah (Natural Method) h) Metode Membaca (Reading Method) i) Metode Dengar Ucap (Oral Aural Method) j) Metode Eklektik (Eclectic Method) Dari
metode-metode yang dipaparkan di atas, tentunya memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, sehingga dalam prakteknya seorang guru melakukan
blanded method, dengan tujuan menutupi kekurangan pada metode lain. 7. Media Pembelajaran Bahasa Arab Jenis-jenis media pembelajaran bahasa Arab dibagi
menjadi dua yaitu media pembelajaran aspek berbahasa arab dan keterampilan
berbahasa arab. Media pembelajaran aspek berbasa arab terdiri dari mufrodat
dan tarkib, sedangkan media pembelajaran keterampilan bahasa terdiri dari
istima’, kalam, kitabah, dan qiro’ah. |
2 |
Daftar materi bidang studi yang sulit dipahami pada modul |
Materi
dalam modul sangat lengkap dan jelas, sehingga bisa cukup mudah untuk
dipahami, hanya saja perlu waktu yang lebih leluasa mengingat panjangnya
uraian mengenai konsep pemerolehan dan pembelajaran ini. |
3 |
Daftar materi yang sering
mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran |
Dalam kenyataannya
terkadang kita telah melakukan proses pembelajaran bahasa arab dengan berbagai
model dan metode tapi tidak tahu, apa yang kita lakukan dalam proses
pembelajaran termasuk pada model yang mana, mungkin kembali kepada penguasaan
konsep teori-teori pembelajaran. |
0 Comments