Teori Belajar Behavioristik dan Kognitif serta Penerapannya dalam Pembelajaran
Materi Pendalaman Materi PPG Daljab Tahun 2021
A. Pengertian Belajar Menurut Teori Behavioristik
- Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
- Menurut teori behavioristik, yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons.
- Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara-cara tertentu, untuk membantu belajar siswa, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
- Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
- Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behaviotistik adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan.
- Teori behavioristik berangkat dari aliran psikologi behaviorisme yang menyimpulkan perilaku manusia itu bisa dibentuk menjadi baik atau buruk oleh lingkungan.
- Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner.
B. Teori Belajar Behavioristik Menurut Para Ahli
- Teori Belajar Menurut Edward Lee Thorndike (1874-1949 Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Dari definisi belajar tersebut, maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
- Teori belajar Thorndike ini disebut teori “Connectionism”, karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering juga disebut teori “Trial and Error” karena dalam proses eksperimennya, thorndike mengalami proses trial and error berkali-kali sampai ditemukan teori yang dapat disimpulkannya. Untuk teorinya ini, Thorndike melakukan eksperimen yang menggunakan hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar.
- Dalam proses eksperimennya yang melalui proses trial and error, Thorndike menemuka 3 hukum pokok, yaitu: a. Hukum Latihan (The law of exercise) b. Hukum Akibat (The law of effect), b. Hukum Kesiapan (The law of readiness).
- Selain hukum-hukum tersebut, Thorndike juga menemukakan 4 hukum tambahan, yaitu:- Law of multiple response, yaitu individu mencoba berbagai respon sebelum mendapat respon yag tepat;- Law of attitude, yaitu pross belajar dapat berlangsung bila ada kesiapan mental yang positif pada siswa;- Law of partial activity, yaitu individu dapat bereaksi scara selektif terhadap kemungkinan-kemngkinan yang ada dalam situasi tertentu. Individu dapat memilih dan mendasarkan tingkah lakunya kepada hal-hal ang pokok dan meninggalan hal-hal yang kecil/tidak pokok; - Law of response by analogy, yaitu individu cenderung mempunyai reaksi yang sama terhadap situasi baru yang mirip dengan situasi yang dihadapinya waktu yang lalu.
- Teori Belajar Menurut John Broades Watson (1878-1958) J.B. Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang datang sesudah Thorndike. Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur.
- Teori Belajar Menurut Edwin Ray Guthrie (1886-1959) Sebagaimana tokoh behavioristik lainnya, Edwin Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Dijelaskannya bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar siswa perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih tetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang. Namun setelah Skinner mengemukakan dan mempopulerkan akan pentingnya penguatan (reinforcemant) dalam teori belajarnya, maka hukuman tidak lagi dipentingkan dalam belajar.
- Teori Belajar Menurut Burrhusm Frederic Skinner (1904-1990) Skinner merupakan tokoh behavioristik yang paling banyak diperbincangkan, konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara lebih komprehensif.
C. Kelemahan Teori Belajar Behavioristik
1. Teori
behavioristik banyak dikritik karena sering kali tidak mampu menjelaskan
situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variable atau hal-hal yang
berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi
sekedar hubungan stimulus dan respon.
2. Pandangan
behavioristik ini juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi
siswa, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama.
3. Pandangan ini
tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan
pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu
pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat
kesulitannya.
4. Teori
behavioristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier,
konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif.
5.
Pandangan teori
ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa
siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan siswa untuk
tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang berpengaruh
dalam hidup ini yang mempengaruhi proses belajar. Jadi pengertian belajar tidak
sesederhana yang dilukiskan oleh teori behavioristik.
A.
Aplikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan
Pembelajaran
Berdasarkan
beberapa teori dari para ahli di atas, ada beberapa prinsip yang dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya:
1. Pemberian ulangan atau tes diperlukan dalam pembelajaran untuk
melatih siswa dalam memahami hubungan antara pertanyaan dengan jawaban atau
hubungan antara masalah dengan solusinya;
2. Dalam pembelajaran perlu adanya proses pengulangan (repetition) materi,
karena dapat membentuk pembiasaan;
3. Pemberian stimulus yang menyenangkan terhadap tindakan baik siswa
(mis. prestasi belajar yang bagus) harus dilakukan untuk memotivasi agar terus
mempertahankan prestasinya. Sebaliknya pemberian stimulus yang tidak
menyenangkan terhadap Tindakan siswa yang tidak baik (mis. prestasi belajar
yang jelek karena males belajar) juga harus dilakukan untuk memotivasi siswa
agar lebih giat lagi, sehingga nilanya lebih baik;
4. Pemberian hukuman dan hadiah diperlukan dalam rangka menciptakan
disiplin kelas yang kondusif untuk proses pembelajaran, sehingga tujuan
pebelajaran dapat dicapai secara efektif dan efsien;
5. Pemberian hadiah atau hukuman harus dilakukan secara variatif,
sehingga tidak menimbulkan kebosanan pada siswa yang menerimanya;
6. Proses pembelajaran akan berjalan secara efektif jika siswa sudah
memiliki kesiapan untuk mengikuti proses belajar, baik kesiapan mental maupun
kesiapan menerima materi yang baru, oleh karena itulah pemberian appersepsi
sebelum memulai proses pembelajaran menjadi penting.
B.
Pengertian Belajar Kognitif
1.
Teori belajar
kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar kognitif
lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya.
2.
Para penganut
aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respon, tetapi lebih dari itu belajar dengan teori kognitif
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks (Nugroho, 2015: 290).
C.
Teori Belajar Kognitif menurut Para Ahli
1. Teori Perkembangan Jean Piaget (1896-1980)
Piaget adalah
seorang tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan
pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif
merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas
mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur
seseorang, maka makin kompleks susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula
kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami
adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya
perubahan-perubahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya.
2. Teori Belajar Menurut Jerome Bruner (1915-2016)
Jerome Bruner
adalah seorang pengikut setia teori kognitif, khususnya dalam studi
perkembangan fungsi kognitif. Dia menandai perkembangan kognitif manusia
sebagai berikut:
Ø Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam
menanggapi suatu rangsangan.
Ø Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem
penyimpanan informasi secara realis.
Ø Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara
pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang tentang
apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini berhubungan
dengan kepercayaan pada diri sendiri.
Ø Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua
dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya.
Ø Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan
alat komunikasi antara manusia. Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan
bahasa. Bahasa diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang
lain.
Ø Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan
beberapa alternatif secara simultan, memilih tindakan yang tepat, dapat
memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai situasi.
Dalam
memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap
tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebut free discovery
learning, dia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,
teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam
kehidupannya.
3. Teori Belajar Menurut David Ausubel (1918-2008)
Menurut Ausubel
belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan
dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa melalui
penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat
mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada yang meliputi
fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa
4. Teori Belajar menurut Gagne (1916-2002)
Menurut Gagne
(dalam Dahar, 2011, hlm. 67), belajar konsep merupakan suatu bagian dari suatu
hierarki delapan bentuk belajar. Dalam hierarki ini, setiap tingkat belajar
bergantung pada tingkat-tingkat sebelumnya. Hierarki belajar dari Gagne
tersebut adalah:
-
Belajar tanda
sinyal (signal learning)
-
Belajar
stimulus respon (stimulus response learning)
-
Belajar
merangkai tingkah laku (behaviour chaining learning)
-
Belajar
asosiasi verbal (verbal chaining learning)
-
Belajar
diskriminasi (discrimination learning)
-
Belajar konsep
(concept
learning)
-
Konsep
terdefinisi
-
Belajar
memecahkan masalah (problem solving)
D.
Aplikasi Teori Belajar Kognitif dalam
pembelajaran
Berdasarkan
beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli penganut kognitivisme di atas,
ada beberapa implikasi yang harus diterapkan dalam proses pembelajaran, yaitu:
1.
Belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, tetapi lebih dari itu
belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks;
2.
Siswa bukan
sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya, tetapi mereka
mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu;
3.
Siswa harus
diberikan kesempatan untuk belajar sesuai dengan kemampuannya, sehingga
pemberian waktu belajar untuk setiap siswa harus lebih fleksibel;
4.
Anak usia pra
sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika
menggunakan benda-benda kongkrit;
5.
Secara umum,
semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan
semakin abstrak cara berpikirnya;
6.
Proses belajar
akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya;
7.
Perkembangan
bahasa besar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif seorang anak;
8.
Penyusunan
materi pelajaran harus diatur dari yang sudah diketahui menuju kepada yang
baru, dari yang sederhana menuj kepada yang kompleks, dan dari yang mudah
menuju kepada yang sulit;
9.
Belajar
memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal;
Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatiakan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa
0 Comments