Konsep dan Penerapan Penilaian Authentik
A.
Pengertian
Penilaian Authentik
Istilah Penilaian Autentik (مفهوم التقييم الأصيل) di Indonesia baru dikenal sejak kurikulum KTSP di tahun 2006.
Dimana kata autentik muncul sebagai salah satu prinsip penilaian berbasis
kelas. Dalam definisinya Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan suatu proses
Penilaian Berbasis Kelas (PBK), yakni proses pengumpulan, pelaporan, dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan 4
prinsip-prinsip penilaian berkelanjutan, otentik, akurat, dan konsisten dalam
kegiatan pembelajaran di bawah kewenangan guru di kelas (Salmiah: 3). Sering
kita menjumpai istilah autentik dalam kehidupan sehai-hari. Sebetulnya kata
autentik dalam bahasa Indonesia bermakna sah, boleh dipercaya, tidak diragukan
(disangsikan); benar; asli (KBBI:1242).
Banyak padanan istilah Penilaian Autentik (التقييم الأصيل), diantaranya adalah penilaian kinerja, penilaian alternatif
(alternative assessment), approprite dan direct serta Penilaian berbasis
program (Course-based Assessment) bahkan ada beberapa pakar yang mengatakan
bahwa Penilaian Autentik (التقييم الأصيل) adalah penilaian berbasis kelas. Jadi Penilaian Autentik (التقييم الأصيل) dalam kurikulum 2013 adalah penilaian berbasis kelas dalam
2006 dengan sedikit perubahan dan perbaikan. Istilah Penilaian Autentik (التقييم الأصيل) (authentic assessment) lebih baru dibanding dengan istilah
penilaian performance (performance assessment), dan istilah authentic
assessment baru digunakan secara formal dalam dunia pembelajaran dan penilaian
sejak tahun 1998 oleh Archbald dan Newmann (Palm: 7).
Sementara itu, Permendikbud no 66 tahun 2013 menjelaskan bahwa Penilaian
pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian
berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan
akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian
nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian yang
dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,
dan keluaran (output) pembelajaran dan penilaian otentik dilakukan oleh guru
secara berkelanjutan. Jadi Penilaian Autentik (التقييم الأصيل) merupakan salah satu jenis penilaian pendidikan, memiliki
posisi yang utama dibanding dengan jenis penilaian lainnya dan hanya bisa
dilakukan oleh seorang guru, artinya jika tidak ada guru maka tidak akan bisa
dilakukan Penilaian Autentik (التقييم الأصيل).
Untuk pemantapan konsep dalam permendikbud no 104 tahun 2014 tentang
“Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah” dijelaskan bahwa Penilaian Autentik (مفهوم التقييم الأصيل) adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik
menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari
pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya.
Dari beberapa pendapat pakar dan berbagai sumber, sederhananya bahwa
Penilaian Autentik (التقييم الأصيل) adalah penilaian secara menyeluruh dan berkelanjutan terhadap
siswa dari aspek kinerja untuk mengukur hasil belajar siswa, motivasi,
pemerolehan belajar, dan sikap siwa komprehensif untuk
menilai mulai dari masukan
(input), proses,dan keluaran (output)
pembelajaran serta meliputi kemampuan menggunakan kognitif dan psikomotortik
serta menampilkan afektif secara ril dan nyata, sehingga apa yang diperoleh
siswa merupakan pengetahuan dan keterampilan yang betul-betul bisa
menyelesaikan problem nyata di lingkungan dan masyarakat siswa.
Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik
menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari
pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya.
Penilaian
authentik dilakukan secara komprehensif untuk menilai dari masukan, proses dan
keluaran, yang mengukur hasil belajar peserta didik meliputi ranah sikap, pengetahuan
dan ketrampilan. Makna authentik adalah kondisi nyata atau keadaan sesungguhnya
yang berkaitan dengan kemampuan peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan
dalam menilai kemampuan atau prestasi mereka sendiri. Berati, pada penilaian
authentik lebih ditekankan pada proses belajar yang disesuaikan dengan situasi
dan keadaan sesungguhnya, baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas.
B.
Macam
Macam Penilaian Authentik
Kurikulum 2013 menerapkan penilaian autentik untuk menilai kemajuan
belajar peserta didik yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan,
teknik dan instrumen yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
1. Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap:
a. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
b.Penilaian diri
merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan
kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen
yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
c.Penilaian
antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.
d.Jurnal merupakan
catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil
pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan
sikap dan perilaku.
e.Wawancara
merupakan komunikasi antara dua orang, melibatkan pendidik yang ingin
memperoleh informasi dari peserta didik
dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.
2.
Teknik dan
instrumen penilaian kompetensi keterampilan, pendidik menilai kompetensi
keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta
didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes
praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa
daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
a.
Tes praktik
adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu
aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.
b.
Projek adalah
tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan,
pelaksanaan, dan pelaporan.
c.
Penilaian
portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh
karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif
untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta
didik dalam kurun waktu tertentu. Penilaian portopolio dapat diakukan
bersama-sama oleh guru dan peserta didik, melalui suatu diskusi untuk membahas
hasil kerja peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.
3.
Teknik dan
instrumen penilaian kompetensi pengetahuan, pendidik menilai kompetensi
pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
a.
Instrumen tes
tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah,
menjodohkan, dan uraian.
b.
Instrumen tes
lisan berupa daftar pertanyaan.
c.
Instrumen
penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara
individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
C.
Penilaian
Beroreantasi HOTS
Terkait dengan tuntutan dan tantangan kehidupan di abad 21 terjadi
penyempurnaan kurikulum 2013 antara lain pada standar isi diperkaya dengan
kebutuhan peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis sesuai dengan
standar internasional, sedangkan pada standar penilaian memberi ruang pada
pengembangan instrumen penilaian yang mengukur berpikir tingkat tinggi.
Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills
/HOTS).
Penilaian sikap pada pembelajaran yang berorientasi HOTS tidaklah merubah
konsep penilaian sikap pada Kurikulum 2013 yang telah dipahami oleh guru selama
ini. Pada penilaian sikap diasumsikan bahwa setiap peserta didik memiliki
perilaku yang baik. Perilaku menonjol (sangat baik atau perlu bimbingan) yang
dijumpai selama proses pembelajaran dapat ditulis dalam bentuk jurnal atau
catatan pendidik. Penilaian sikap dilakukan bersamaan dengan kegiatan
pembelajaran yang dirancang dari KD yang berasal dari KI-3 dan KI-4 yang
berpasangan.
Penilaian pengetahuan dan ketrampilan dapat dilakukan secara terpisah
maupun terpadu. Pada dasarnya, pada saat penilaian keterampilan dilakukan,
secara langsung penilaian pengetahuan pun dapat dilakukan. Penilaian
pengetahuan dan keterampilan harus mengacu kepada pemetaan kompetensi dasar
yang berasal dari KI-3 dan KI-4 pada periode tertentu. Penilaian pengetahuan
(KD dari KI-3) dilakukan dengan cara mengukur penguasaan peserta didik yang
mencakup dimensi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif
dalam berbagai tingkatan proses berpikir.
Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking
Skills/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong peserta didik
untuk berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran.
1.
Pengertian
HOTS
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, Soal-soal HOTS merupakan instrumen
pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi,
yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan
kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal
HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: transfer satu konsep ke konsep
lainnya, memproses dan menerapkan informasi, mencari kaitan dari berbagai
informasi yang berbeda-beda, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah,
dan menelaah ide dan informasi secara kritis.
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi
metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau
prosedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan
beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem
solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode
baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.
2. Karakteristik
Soal HOTS
a. Mengukur
kemampuan tingkat tinggi.
Kemampuan
berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah (problem
solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif
(creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil
keputusan (decision making). Berati bukan sekedar berfikir dalam teraf
menghafal atau mengingat.
Kemampuan
berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting yang dituntut
ada dimiliki oleh peserta didik pada zaman modern. Adapun kreativitas
menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas: a) kemampuan menyelesaikan
permasalahan yang tidak familiar; b) kemampuan mengevaluasi strategi yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda;
c) menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara cara
sebelumnya.
Perlu dipahami
untuk tingkat kesukaran dalam butir soal itu tidak sama dengan kemampuan
berpikir tingkat tinggi, contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak
umum (uncommon word) mungkin memiliki
tingkat kesukaran yang sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab
permasalahan tersebut tidak termasuk higher order thinking skills. Dengan
demikian, soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran
yang tinggi.
Kemampuan
berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas, untuk
itu tujuan peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka
proses pembelajarannya juga memberikan ruang kepada peserta didik untuk
menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas.
b. Berbasis masalah
kontekstual.
Soal-soal HOTS
merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari,
dimana peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di
kelas untuk menyelesaikan masalah.
Permasalahan
nyata dalam kehidupan (kontekstual) yang dihadapi oleh masyarakat dunia
berhubungan dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa,
serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan.
Ada lima
karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.
1)
Relating, asesmen
berhubungan langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
2)
Experiencing,
ditekankan kepada penggalian (exploration), penemuan (discovery), dan
penciptaan (creation).
3)
Applying,
menuntut kemampuan peserta didik dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalahmasalah nyata.
4)
Communicating,
menuntut kemampuan peserta didik mampu mengomunikasikan kesimpulan model pada
kesimpulan konteks masalah.
5)
Transfering,
menuntut kemampuan peserta didik mentransformasi konsep-konsep pengetahuan
dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.
c.
Bertujuan untuk
meningkatkan dan mengembangkan HOTS, sikap dan perilaku positif dari peserta
didik, serta memperbaiki pembelajaran dan berusaha meningkatkan kualitas
pembelajaran
d.
Proses
penilaiannya dapat pula terintegrasi dengan proses pembelajaran dan bersifat on
going
e.
Menggunakan
bentuk soal yang beragam
Soal beragam
dimaksudkan agar dapat memberikan
informasi yang lebih rinci dan menyeluruh tentang kemampuan peserta tes, dapat
menjamin prinsip objektif dan dapat menggambarkan kemampuan peserta didik
sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.
3. Tingkatan
Kognitif
Anderson &
Krathwohl (2001) mengklasifikasikan dimensi proses berpikir sebagai berikut.
Pengelompokan level
kognitif tersebut yaitu: pengetahuan dan pemahaman (level 1), aplikasi (level
2), dan penalaran (level 3). Berikut dijelaskan secara singkat penjelasan untuk
masing-masing level tersebut:
a.
Pengetahuan dan
Pemahaman (Level 1)
Level kognitif
pengetahuan dan pemahaman mencakup dimensi proses berpikir mengetahui (C1) dan
memahami (C2). Ciri-ciri soal pada level 1 adalah mengukur pengetahuan faktual,
konsep, dan procedural.
b.
Aplikasi (Level
2)
Level kognitif
aplikasi mencakup dimensi proses berpikir menerapkan atau mengaplikasikan (C3).
Ciri-ciri soal pada level 2 adalah mengukur kemampuan: a) menggunakan
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu pada konsep lain dalam
mapel yang sama atau mapel lainnya; atau b) menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,
dan prosedural tertentu untuk menyelesaikan masalah kontekstual (situasi lain).
c.
Penalaran (Level
3)
Level penalaran
merupakan level kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS), karena untuk menjawab
soal-soal pada level 3 peserta didik harus mampu mengingat, memahami, dan
menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural serta memiliki
logika dan penalaran yang tinggi untuk memecahkan masalah-masalah kontekstual
(situasi nyata yang tidak rutin). Level penalaran mencakup dimensi proses berpikir
menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6).
D. Penyusunan Soal
HOTS
Penyusunan soal
HOTS yang dilakukan untuk mengukur ranah kognitif , ranah afektif, dan ranah
psikomotorik, dapat dijelaskan dalam
uraian berikut ini.
1. Penilaian Kognitif
Dalam penulian
soal dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan
materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu
sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan
(yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran.
Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar,
keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam
memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar
satuan pendidikan. Berikut dijelaskan langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS
a. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
b.
Memilih stimulus
yang menarik dan kontekstual
Stimulus disusun
menarik karena akan mendorong peserta didik untuk membaca stimulus. Stimulus
yang menarik umumnya baru, karena belum pernah dibaca oleh peserta didik,
sedangkan stimulus kontekstual berarti yang sesuai dengan kenyataan dalam
kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk membaca, dan guru
dapat memilih stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.
c.
Menulis butir
pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Kaidah penulisan
butir soal HOTS pada umumnya sama dengan kaidah penulisan butir soal pada
umumnya, perbedaan terletak pada aspek materi, sedangkan pada aspek konstruksi
dan bahasa relatif sama. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.
d.
Membuat pedoman
penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal
HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran atau kunci
jawaban.
Berikut contoh penyusunan kisi-kisi penulisan soal dan soal, dapat
dipaparkan sebagai berikut:
2. Penilaian
Afektif
Pada penilaian
sikap diasumsikan bahwa setiap peserta didik memiliki perilaku yang baik.
Perilaku menonjol (sangat baik atau perlu bimbingan) yang dijumpai selama
proses pembelajaran dapat ditulis dalam bentuk jurnal atau catatan
pendidik. Penilaian sikap mengacu pada
dua aspek kompetensi sikap yaitu kompetensi inti 1 (KI 1) dan kompetensi inti 2
(KI 2).
Teknik penilaian
sikap pada Kurikulum 2013 antara lain meliputi: observasi, catatan kejadian
tertentu (incidental record), penilaian antar
teman, penilaian diri dan wawancar. Hasil observasi guru terhadap sikap
siswa yang menonjol (positif maupun negatif) saat pembelajaran dicatat dalam
jurnal harian. Pengamatan sikap dilakukan oleh pendidik/guru pada saat
pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung.
Pada kompetensi
sikap, terdapat penilaian utama dan penunjang. Penilaian utama diperoleh dari
observasi harian yang ditulis di dalam jurnal harian. Penilaian penunjang
berasal dari penilaian diri dan penilaian antar teman, yang hasilnya dapat
dijadikan alat konfirmasi dari hasil penialian sikap oleh pendidik. Teknik penilaian yang digunakan dapat dengan
observasi melalui wawancara, catatan anekdot (anecdotal record), dan catatan
kejadian tertentu (incidental record) sebagai unsur penilaian utama.
Adapun pengertian
sikap yaitu dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap merupakan ekspresi
dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat
dibentuk, sehingga terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan.
Sikap terdiri
dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif
adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu
objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai
objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan atau kesiapan untuk
berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran
objek sikap. Dan anda dapat memilih model-model intrumen atau alat
ukur sikap sesuai dengan kebutuhan pengukuran atau penilaian, adapun
langkah-langkah menyusun pengukuran atau penilaian sikap, secara umum adalah
sebagai berikut: merumuskan tujuan (sesuai dengan jenis obyek yang akan
diukur/dinilai) dan sesuai dengan jenis instrumen sikap, membuat kisi-kisi yang
mewakilai isi dimensi/indikator, menyusun aspek-aspek sikap yang akan di ukur, menyusun alat ukur
(istrumen) sikap.
3. Penilaian
Keterampilan
Dalam proses
penilaian keterampilan, sudah tentu ada aspek HOTS di dalamnya, contoh
penilaian adalah teknik praktik, produk dan proyek, karena dalam proses
tersebut ada kreativitas, ada proses transfer knowledge dan ada proses
penyelesaian masalah. Jadi proses penilaian keterampilan bisa mencakup aspek
transfer knowledge, critical thinking dan creativity serta problem solving.
Adapun langkah
langkah penilaian kinerja : identifikasi semua langkah-langkah penting yang
diperlukan, tentukan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik, usahakan untuk
membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur, definisikan dengan jelas
kriteria kemampuan yang akan diukur,
urutan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang
dapat diamati.
e. Peran Soal HOTS
Bentuk instrumen
yang berbasis HOT mempunyai banyak manfaat bagi perkembangan kemampuan belajar
siswa, karena soal-soal HOT mempunyai
peran untuk:
1.
Mempersiapkan
kompetensi peserta didik menyongsong abad ke-21. Penilaian yang dilaksanakan
oleh satuan pendidikan diharapkan dapat membekali peserta didik untuk memiliki
sejumlah kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21.
2.
Memupuk rasa
cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah, dalam penilaian guru diharapkan
dapat mengembangkan soal-soal HOTS secara kreatif sesuai dengan situasi dan
kondisi di daerahnya masing-masing.
3.
Meningkatkan
motivasi belajar peserta didik kemudian hendaknya pendidikan formal di
sekolah dapat menjawab tantangan di
masyarakat sehari hari. Ilmu pengetahuan yang dipelajari di dalam kelas, agar
terkait langsung dengan pemecahan masalah di masyarakat.
4. Meningkatkan mutu Penilaian, karena penilaian yang berkualitas akan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Membiasakan melatih siswa untuk menjawab
0 Comments