Advertisement

Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab

Konsep dan Penerapan Penilaian Authentik 

Konsep dan Penerapan Penilaian Authentik



A.           Pengertian Penilaian Authentik

Istilah Penilaian Autentik (مفهوم التقييم الأصيل) di Indonesia baru dikenal sejak kurikulum KTSP di tahun 2006. Dimana kata autentik muncul sebagai salah satu prinsip penilaian berbasis kelas. Dalam definisinya Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan suatu proses Penilaian Berbasis Kelas (PBK), yakni proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan 4 prinsip-prinsip penilaian berkelanjutan, otentik, akurat, dan konsisten dalam kegiatan pembelajaran di bawah kewenangan guru di kelas (Salmiah: 3). Sering kita menjumpai istilah autentik dalam kehidupan sehai-hari. Sebetulnya kata autentik dalam bahasa Indonesia bermakna sah, boleh dipercaya, tidak diragukan (disangsikan); benar; asli (KBBI:1242).

Banyak padanan istilah Penilaian Autentik (التقييم الأصيل), diantaranya adalah penilaian kinerja, penilaian alternatif (alternative assessment), approprite dan direct serta Penilaian berbasis program (Course-based Assessment) bahkan ada beberapa pakar yang mengatakan bahwa Penilaian Autentik (التقييم الأصيل) adalah penilaian berbasis kelas. Jadi Penilaian Autentik (التقييم الأصيل) dalam kurikulum 2013 adalah penilaian berbasis kelas dalam 2006 dengan sedikit perubahan dan perbaikan. Istilah Penilaian Autentik (التقييم الأصيل) (authentic assessment) lebih baru dibanding dengan istilah penilaian performance (performance assessment), dan istilah authentic assessment baru digunakan secara formal dalam dunia pembelajaran dan penilaian sejak tahun 1998 oleh Archbald dan Newmann (Palm: 7).

 

Sementara itu, Permendikbud no 66 tahun 2013 menjelaskan bahwa Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk  mengukur  pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup:  penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran dan penilaian otentik dilakukan oleh guru secara berkelanjutan. Jadi Penilaian Autentik (التقييم الأصيل) merupakan salah satu jenis penilaian pendidikan, memiliki posisi yang utama dibanding dengan jenis penilaian lainnya dan hanya bisa dilakukan oleh seorang guru, artinya jika tidak ada guru maka tidak akan bisa dilakukan Penilaian Autentik (التقييم الأصيل).

Untuk pemantapan konsep dalam permendikbud no 104 tahun 2014 tentang “Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah” dijelaskan bahwa Penilaian Autentik (مفهوم التقييم الأصيل) adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya.

Dari beberapa pendapat pakar dan berbagai sumber, sederhananya bahwa Penilaian Autentik (التقييم الأصيل) adalah penilaian secara menyeluruh dan berkelanjutan terhadap siswa dari aspek kinerja untuk mengukur hasil belajar siswa, motivasi, pemerolehan belajar, dan sikap siwa komprehensif  untuk  menilai mulai dari  masukan (input),  proses,dan keluaran (output) pembelajaran serta meliputi kemampuan menggunakan kognitif dan psikomotortik serta menampilkan afektif secara ril dan nyata, sehingga apa yang diperoleh siswa merupakan pengetahuan dan keterampilan yang betul-betul bisa menyelesaikan problem nyata di lingkungan dan masyarakat siswa.

Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya.

Penilaian authentik dilakukan secara komprehensif untuk menilai dari masukan, proses dan keluaran, yang mengukur hasil belajar peserta didik meliputi ranah sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Makna authentik adalah kondisi nyata atau keadaan sesungguhnya yang berkaitan dengan kemampuan peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan dalam menilai kemampuan atau prestasi mereka sendiri. Berati, pada penilaian authentik lebih ditekankan pada proses belajar yang disesuaikan dengan situasi dan keadaan sesungguhnya, baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas.

 

B.           Macam Macam Penilaian Authentik

Kurikulum 2013 menerapkan penilaian autentik untuk menilai kemajuan belajar peserta didik yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan, teknik dan instrumen yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

1. Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap:

a. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.

b.Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

c.Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.

d.Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

e.Wawancara merupakan komunikasi antara dua orang, melibatkan pendidik yang ingin memperoleh informasi dari peserta didik  dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.

2.                  Teknik dan instrumen penilaian kompetensi keterampilan, pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

a.                   Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.

b.                  Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan.

c.                   Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Penilaian portopolio dapat diakukan bersama-sama oleh guru dan peserta didik, melalui suatu diskusi untuk membahas hasil kerja peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.

3.                  Teknik dan instrumen penilaian kompetensi pengetahuan, pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

a.                   Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.

b.                  Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.

c.                   Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

 

C.           Penilaian Beroreantasi HOTS


Terkait dengan tuntutan dan tantangan kehidupan di abad 21 terjadi penyempurnaan kurikulum 2013 antara lain pada standar isi diperkaya dengan kebutuhan peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional, sedangkan pada standar penilaian memberi ruang pada pengembangan instrumen penilaian yang mengukur berpikir tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills /HOTS).

 

Penilaian sikap pada pembelajaran yang berorientasi HOTS tidaklah merubah konsep penilaian sikap pada Kurikulum 2013 yang telah dipahami oleh guru selama ini. Pada penilaian sikap diasumsikan bahwa setiap peserta didik memiliki perilaku yang baik. Perilaku menonjol (sangat baik atau perlu bimbingan) yang dijumpai selama proses pembelajaran dapat ditulis dalam bentuk jurnal atau catatan pendidik. Penilaian sikap dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran yang dirancang dari KD yang berasal dari KI-3 dan KI-4 yang berpasangan.

Penilaian pengetahuan dan ketrampilan dapat dilakukan secara terpisah maupun terpadu. Pada dasarnya, pada saat penilaian keterampilan dilakukan, secara langsung penilaian pengetahuan pun dapat dilakukan. Penilaian pengetahuan dan keterampilan harus mengacu kepada pemetaan kompetensi dasar yang berasal dari KI-3 dan KI-4 pada periode tertentu. Penilaian pengetahuan (KD dari KI-3) dilakukan dengan cara mengukur penguasaan peserta didik yang mencakup dimensi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif dalam berbagai tingkatan proses berpikir.  Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong peserta didik untuk berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran.

 

1.            Pengertian HOTS


Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: transfer satu konsep ke konsep lainnya, memproses dan menerapkan informasi, mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan menelaah ide dan informasi secara kritis.

Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.

 

2. Karakteristik Soal HOTS

a. Mengukur kemampuan tingkat tinggi.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making). Berati bukan sekedar berfikir dalam teraf menghafal atau mengingat.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting yang dituntut ada dimiliki oleh peserta didik pada zaman modern. Adapun kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas: a) kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar; b) kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda; c) menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara cara sebelumnya.

Perlu dipahami untuk tingkat kesukaran dalam butir soal itu tidak sama dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi, contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk higher order thinking skills. Dengan demikian, soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas, untuk itu tujuan peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas.

 

b. Berbasis masalah kontekstual.

Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah.

Permasalahan nyata dalam kehidupan (kontekstual) yang dihadapi oleh masyarakat dunia berhubungan dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan.

Ada lima karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.

1)            Relating, asesmen berhubungan langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.

2)            Experiencing, ditekankan kepada penggalian (exploration), penemuan (discovery), dan penciptaan (creation).

3)            Applying, menuntut kemampuan peserta didik dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalahmasalah nyata.

4)            Communicating, menuntut kemampuan peserta didik mampu mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.

5)            Transfering, menuntut kemampuan peserta didik mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.

 

c.                   Bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan HOTS, sikap dan perilaku positif dari peserta didik, serta memperbaiki pembelajaran dan berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran

d.                  Proses penilaiannya dapat pula terintegrasi dengan proses pembelajaran dan bersifat on going

e.                   Menggunakan bentuk soal yang beragam

Soal beragam dimaksudkan  agar dapat memberikan informasi yang lebih rinci dan menyeluruh tentang kemampuan peserta tes, dapat menjamin prinsip objektif dan dapat menggambarkan kemampuan peserta didik sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.

 

3. Tingkatan Kognitif

Anderson & Krathwohl (2001) mengklasifikasikan dimensi proses berpikir sebagai berikut.

Pengelompokan level kognitif tersebut yaitu: pengetahuan dan pemahaman (level 1), aplikasi (level 2), dan penalaran (level 3). Berikut dijelaskan secara singkat penjelasan untuk masing-masing level tersebut:

a.                   Pengetahuan dan Pemahaman (Level 1)

Level kognitif pengetahuan dan pemahaman mencakup dimensi proses berpikir mengetahui (C1) dan memahami (C2). Ciri-ciri soal pada level 1 adalah mengukur pengetahuan faktual, konsep, dan procedural.

b.                  Aplikasi (Level 2)

Level kognitif aplikasi mencakup dimensi proses berpikir menerapkan atau mengaplikasikan (C3). Ciri-ciri soal pada level 2 adalah mengukur kemampuan: a) menggunakan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu pada konsep lain dalam mapel yang sama atau mapel lainnya; atau b) menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu untuk menyelesaikan masalah kontekstual (situasi lain).

c.                   Penalaran (Level 3)

Level penalaran merupakan level kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS), karena untuk menjawab soal-soal pada level 3 peserta didik harus mampu mengingat, memahami, dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural serta memiliki logika dan penalaran yang tinggi untuk memecahkan masalah-masalah kontekstual (situasi nyata yang tidak rutin). Level penalaran mencakup dimensi proses berpikir menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6).

 

D. Penyusunan Soal HOTS

Penyusunan soal HOTS yang dilakukan untuk mengukur ranah kognitif , ranah afektif, dan ranah psikomotorik,  dapat dijelaskan dalam uraian berikut ini.

1. Penilaian Kognitif

Dalam penulian soal dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan. Berikut dijelaskan langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS a. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS

b.                  Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual

Stimulus disusun menarik karena akan mendorong peserta didik untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru, karena belum pernah dibaca oleh peserta didik, sedangkan stimulus kontekstual berarti yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk membaca, dan guru dapat memilih stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.

c.                   Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal

Kaidah penulisan butir soal HOTS pada umumnya sama dengan kaidah penulisan butir soal pada umumnya, perbedaan terletak pada aspek materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.

d.                  Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban

Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran atau kunci jawaban.

Berikut  contoh penyusunan  kisi-kisi penulisan soal dan soal, dapat dipaparkan sebagai berikut:

 

2. Penilaian Afektif

Pada penilaian sikap diasumsikan bahwa setiap peserta didik memiliki perilaku yang baik. Perilaku menonjol (sangat baik atau perlu bimbingan) yang dijumpai selama proses pembelajaran dapat ditulis dalam bentuk jurnal atau catatan pendidik.   Penilaian sikap mengacu pada dua aspek kompetensi sikap yaitu kompetensi inti 1 (KI 1) dan kompetensi inti 2 (KI 2).

Teknik penilaian sikap pada Kurikulum 2013 antara lain meliputi: observasi, catatan kejadian tertentu (incidental record), penilaian antar  teman, penilaian diri dan wawancar. Hasil observasi guru terhadap sikap siswa yang menonjol (positif maupun negatif) saat pembelajaran dicatat dalam jurnal harian. Pengamatan sikap dilakukan oleh pendidik/guru pada saat pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung.

Pada kompetensi sikap, terdapat penilaian utama dan penunjang. Penilaian utama diperoleh dari observasi harian yang ditulis di dalam jurnal harian. Penilaian penunjang berasal dari penilaian diri dan penilaian antar teman, yang hasilnya dapat dijadikan alat konfirmasi dari hasil penialian sikap oleh pendidik.  Teknik penilaian yang digunakan dapat dengan observasi melalui wawancara, catatan anekdot (anecdotal record), dan catatan kejadian tertentu (incidental record) sebagai unsur penilaian utama.

Adapun pengertian sikap yaitu dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan.

Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan atau kesiapan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.  Dan anda  dapat memilih model-model intrumen atau alat ukur sikap sesuai dengan kebutuhan pengukuran atau penilaian, adapun langkah-langkah menyusun pengukuran atau penilaian sikap, secara umum adalah sebagai berikut: merumuskan tujuan (sesuai dengan jenis obyek yang akan diukur/dinilai) dan sesuai dengan jenis instrumen sikap, membuat kisi-kisi yang mewakilai isi dimensi/indikator, menyusun aspek-aspek  sikap yang akan di ukur, menyusun alat ukur (istrumen) sikap.

 

3. Penilaian Keterampilan

Dalam proses penilaian keterampilan, sudah tentu ada aspek HOTS di dalamnya, contoh penilaian adalah teknik praktik, produk dan proyek, karena dalam proses tersebut ada kreativitas, ada proses transfer knowledge dan ada proses penyelesaian masalah. Jadi proses penilaian keterampilan bisa mencakup aspek transfer knowledge, critical thinking dan creativity serta problem solving.

Adapun langkah langkah penilaian kinerja : identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan, tentukan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik, usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur, definisikan dengan jelas kriteria  kemampuan yang akan diukur, urutan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati.

 

e. Peran Soal HOTS

Bentuk instrumen yang berbasis HOT mempunyai banyak manfaat bagi perkembangan kemampuan belajar siswa, karena soal-soal HOT mempunyai  peran untuk:

1.                  Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyongsong abad ke-21. Penilaian yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan diharapkan dapat membekali peserta didik untuk memiliki sejumlah kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21.

2.                  Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah, dalam penilaian guru diharapkan dapat mengembangkan soal-soal HOTS secara kreatif sesuai dengan situasi dan kondisi di daerahnya masing-masing.

3.                  Meningkatkan motivasi belajar peserta didik kemudian hendaknya pendidikan formal di sekolah  dapat menjawab tantangan di masyarakat sehari hari. Ilmu pengetahuan yang dipelajari di dalam kelas, agar terkait langsung dengan pemecahan masalah di masyarakat.

4.                  Meningkatkan mutu Penilaian, karena penilaian yang berkualitas akan dapat  meningkatkan mutu pendidikan.  Membiasakan melatih siswa untuk menjawab

Post a Comment

0 Comments